Yesus Di Istana Imam Besar
Matius 26 :57-75
63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” 64 Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” (Mat 26:63-65)
Kedengkian yang menguasai Imam-imam Kepala dan para ahli Taurat terhadap Yesus karena Yesus mengajar dengan kuasa sehingga populer di masyarakat – menggerakkan mereka untuk menangkap Yesus dan menghukum mati Yesus. Tetapi karena pada waktu itu Romawi yang telah menguasai Israel selama sekitar 100 tahun melarang orang Israel menjatuhkan hukuman mati, memaksa para pemimpin agama Yahudi ini untuk mencari alasan yang bisa menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Karena itu mereka mengadili Yesus di istana imam besar Kayafas.
Pemberian kesaksian palsu yang memberatkan Yesus mereka lakukan untuk melegalkan keputusan yang mereka buat. Para nabi telah menubuatkan situasi ini ratusan tahun sebelumnya. “sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman (Maz 27:12). Tetapi ternyata mencari saksi palsu juga tidak mudah. Bahkan dua kesaksian palsu yang diberikan juga tidak memberikan bukti yang kuat tentang kejahatan yang dituduhkan kepada Yesus. Yesus diam dan tidak melakukan pembelaan atas berbagai tuduhan palsu yang digulirkan. Bahkan ketika Imam Besar mendesaknya bicara untuk memberikan tanggapan pembelaan atas berbagai tuduhan tersebut, Yesus tetap diam. “Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka, tetapi mereka berdusta terhadap Aku” (Hos 7:13).
Seharusnya para pemimpin agama Yahudi mempergunakan waktu untuk bertemu Yesus sebagai kesempatan untuk mencari tahu kemesiasan Yesus. Tetapi kedengkian mereka kepada Yesus mematikan keinginan mereka untuk mencari tahu dengan sungguh kemesiasan Yesus. Karena itu ketika Imam Besar bertanya tentang status Kemesiasan Yesus, Yesus menjawabnya dengan : “Engkau telah mengatakannya” Jawaban Yesus ini memiliki makna “Ya, tetapi bukan seperti yang engkau maksudkan”. Karena konsep Mesias menurut Imam Besar berbeda sekali dengan konsep Yesus. Karena mengarahkan hati dan pikiran terhadap mesias yang sesuai dengan konsepsi yang mereka bangun, para pemimpin agama Yahudi tidak bisa melihat Mesias yang begitu lama mereka tunggu – justru ketika Sang Mesias itu ada di depan mereka.
Kemudian Yesus melanjutkan dengan kalimat : “mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Ucapan Yesus menunjukkan bahwa penghukuman mereka akan membuat Yesus dimuliakan : penghukuman-pemuliaan ini merupakan sebab akibat. Tempat di sisi kanan Allah merupakan tempat yang paling terhormat di tahta Allah. Dari tempat yang paling terhormat ini Yesus akan menghakimi umat manusia. Yesus telah mengklaim suatu persekutuan dengan Allah yang jauh melampaui apa yang bisa dicapai oleh manusia.
Bertemu Yesus seharusnya menjadi kesempatan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikanNya kepada kita – bukan memaksa Yesus mengerti keinginan kita. Bertemu Yesus sepatutnya menjadi kesempatan untuk mendengarkan apa yang diinginkanNya untuk kita lakukan – bukan hanya memaksa Yesus peduli dengan kesulitan kita. Bertemu Yesus selayaknya menjadi kesempatan untuk memahami rancanganNya bagi diri kita – bukan memaksakan rancangan kita untuk diri kita sendiri dengan bantuan kuasaNya. Bertemu Yesus seringkali kita hanya diminta untuk patuh dan taat saja meski Yesus diam dan memandang kita dalam setiap Ibadah atau Persekutuan yang kita hadiri. Meski dalam sebuah Ibadah atau Persekutuan kita sering merasa “tidak mendapat apa-apa” namun sejatinya Yesus sedang memandang kita dalam diam dan menguji ketaatan kita. Jika kita datang kepada Allah bukan mendengar suaraNya, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk mengerti kehendakNya bagi diri kita. Jika kita datang kepada Allah dan tidak peduli dengan suaraNya, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk memahami rancanganNya bagi diri kita. Karena dari tempat yang paling terhormat – di sisi kanan Allah – Yesus nantinya akan menghakimi umat manusia, termasuk diri kita.
Dengarkanlah suaraNya !
[Ditulis berdasarkan “Tafsiran Injil Matius” oleh Leon Morris]